analisamedan.com - Pagi itu, ruang sederhana di sebuah panti jompo di Kota Binjai terasa berbeda. Tak ada riuh televisi, tak terdengar pula obrolan ringan khas para penghuni. Yang terdengar hanyalah lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an, terbata-bata namun penuh ketulusan. Suara renta berusaha melafalkan huruf demi huruf, meski sering kali harus diulang berkali-kali.
Di ruangan itu, para lansia menapaki perjalanan baru: memperbaiki bacaan Al-Qur'an di masa senja mereka. Program ini lahir dari gagasan Penyuluh Agama Islam (PAI) KUA Kecamatan Binjai Timur sejak 2024. Setiap Rabu, para penyuluh datang membimbing, di antaranya Salim Fakhri, S.HI, yang dengan penuh kesabaran menemani proses belajar yang tak mudah.
"Kadang ada yang lupa huruf yang baru saja diajarkan. Kadang harus diulang lima atau enam kali. Tapi justru dari situlah letak keharuannya mereka tetap semangat, tetap ingin bisa," ujar Salim, matanya berkaca-kaca.
Mengajar para lansia tentu berbeda dengan mengajar anak-anak atau remaja. Pendengaran yang melemah, penglihatan yang kabur, hingga daya ingat yang tak lagi tajam, semua menjadi tantangan. Ada yang ragu membaca di depan teman-temannya, ada yang malu ketika salah. Namun suasana kelas tahsin perlahan berubah: menjadi ruang yang nyaman, penuh canda ringan, dan semangat kebersamaan.